Klik Versi Mobile

Add rismanrachman Mippin widget
Artikel Politik Agenda Politik Tokoh Politik negeritanpabendera
Alif Jim Ha Tradisi Puisi Cerita Humor Sosok
Islam Aceh Sufi Kisah Qanun Syariat
Resto Enak di Banda Aceh Hotel di Banda Aceh Kuliner Aceh Souvenir Aceh Warung Kopi Tsunami Aceh Konflik Aceh

HEADLINE

Jumat, 26 November 2010 | 13.13 | 0 Comments

Martti, Apa yang Sedang Anda Pikirkan?

Meminjam pertanyaan facebook, "apa yang Anda pikirkan, Martti? Saya belum membuka facebooknya juru damai yang sudah pernah menerima hadiah nobel perdamaian itu. Lagi pula saya tidak berteman dengannya di FB dan juga tidak tahu, apakah dia punya account FB sebagaimana para pemimpin lain?

Untuk itu, saya menelusuri saja koran lokal. Melalui media (Serambi Indonesia), publik jadi mengetahui bahwa Martti Ahtisaari sudah berjanji akan terus memantau perkembangan perdamaian Aceh secara berkala. Bahkan ia berusaha setiap tahun akan datang langsung ke Aceh untuk memastikan perdamaian berjalan baik (14/11).

Tentu tidak ada yang istimewa dalam kabar yang diterima publik itu. Bagaimanapun, sebuah pekerjaan yang baik membutuhkan kerja pemantauan agar jika ada kendala dan hambatan bisa segera dicarikan solusinya. Tanpa pemantauan maka implementasi rencana bisa saja menyimpang atau terkendala sehingga sasaran yang sudah ditetapkan bisa tidak tercapai.

Namun begitu, janji Martti untuk selalu datang ke Aceh agar perdamaian Aceh berjalan baik tentu melegakan hati. Bagaimanapun, Martti masih dibutuhkan untuk mencegah beda persepsi berkembang ke debat kusir yang menguras energi sia-sia, seperti tentang Self Government. Begitu juga jika ada kendala dalam implementasi MoU Helsinki dapat segera dipecahkan lewat pendekatan meja perundingan dan tidak membiarkannya berlarut dimakan waktu.

Sayangnya, publik tidak bisa mengetahui lebih banyak tentang aspek-aspek pemantauan yang dimaksud Martti. Apakah Martti juga menyinggung soal perlunya evaluasi dari kerja resolusi konflik Aceh yang kemudian juga telah melibatkan kerja-kerja peacebuilding dan kerja-kerja transformasi konflik?

Rasanya, setelah damai Aceh berusia lima tahun sudah sangat penting untuk dilakukan evaluasi. Bagaimanapun masyarakat, pihak pendukung, para pekerja perdamaian, dan para pihak ingin tahu dan melalui evaluasi sejumlah pertanyaan kunci akan bisa diajukan.

Beberapa pertanyaan evaluasi yang bisa dimunculkan sebagai refleksi keingintahuan, misalnya: apakah berbagai program damai sudah membantu atau justru menyusahkan (masyarakat): apakah dukungan yang diberikan dapat memperbaiki keadaan (donor): apakah kegiatan yang ada menjawab masalah (pekerja damai): dan apakah kesepakatan sudah lebih maju dalam implementasinya (para pihak).

Indikator Perdamaian Aceh
Pemantauan dan evaluasi tidak saja membutuhkan sejumlah pertanyaan kunci melainkan juga sejumlah indikator untuk mengukur apakah kerja pengelolaan konflik, resolusi konflik, peacebuilding, dan transformasi konflik Aceh sudah menuju sasarannya atau tidak.

Dalam konteks partisipasi publik, adanya indikator akan mendorong keterlibatan masyarakat untuk ambil bagian dalam kerja-kerja membangun perdamaian Aceh, termasuk dalam kerja-kerja pemantauan dan evaluasi secara terarah. Jika tidak ada penetapan indikator maka semua pihak akan menjadi liar dalam menilai dan menyampaikan klaimnya. Akibatnya adalah, rezim peace-building akan menjadi aktor tunggal yang sangat rapuh akibat penilaian yang tidak didasarkan pada indikator perdamaian Aceh.

Pada saat yang sama publik dan berbagai pihak juga akan terlibat dalam polemik yang keras dan bisa jadi akan bersikap vis a vis dengan rezim peace-building alias pemerintah serta dengan para pihak.

Dalam konteks itu rasanya menjadi tepat apa yang diingatkan oleh mantan wakil GAM pada AMM, Irwandi Yusuf, bahwa kemungkinan kambuh (relapse)-nya konflik di suatu daerah oleh berbagai sebab, bisa saja terjadi, termasuk di Aceh (10/11).

Lebih jauh, adanya indikator perdamaian Aceh juga bisa membantu memenuhi permintaan Irwandi agar dalam merencanakan dan menyusun program pembangunan daerahnya, haruslah yang mampu mengatasi munculnya konflik, baik oleh sebab-sebab lama maupun oleh sebab-sebab baru.  jadi, penyusunan program pembangunan dengan pendekatan Peka Konflik bisa dicapai dengan mudah jika tersedia apa yang disebut dengan indikator perdamaian.

Indikator perdamaian sekaligus akan mendorong lahirnya indikator peringatan dini adanya perulangan konflik atau tindak kekerasan dengan motif konflik. Dengan adanya dua indikator ini tentu saja kerja Martti dan partisipasi publik dalam melakukan pemantauan dan evaluasi akan lebih mudah. Jika tidak, maka semua akan memiliki persepsi masing-masing, dan ini bisa menjadi jalan melingkar menuju perulangan konflik Aceh jika sudah bercampur praduga dan prasangka.

Martti, Apa yang sedang terjadi?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright rismanrachman © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.