Sebagai partai urutan ketiga di Pemilu 2009 Partai Golkar tidak mungkin tampil sebagai The Party of Solution bagi Aceh. Namun, sebagai partai yang telah berusia 46 tahun Partai Golkar bisa tampil sebagai The Party of Ideas dan sangat mungkin untuk bertindak sebagai partai generator dan mediator bagi lalu lintas gagasan-gagasan utama rakyat yang akhir-akhir ini semakin tidak mendapat tempat dalam percaturan idea di partai-partai dominan di Aceh.
Peran generator dan mediator atau menjadikan Partai Golkar sebagai Rumah Gagasan Rakyat sangat dimungkinkan mengingat difinisi baru kepartaian Golkar saat ini lebih mendekat ke soal-soal gagasan dan aksi kerakyatan yang bertumpu di desa atau gampong dalam konteks keacehan. Bahkan, Aburizal Bakrie dengan sangat tegas mengatakan bahwa masa depan Golkar bukan di masa lalu melainkan ada di masa depan yang ditentukan oleh bagaimana Golkar saat ini.
Dalam satu kesempatan, Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie, pernah menegaskan sekaligus mengajak kader Partai Golkar untuk menjadikan percaturan ide dan gagasan menjadi dasar Partai Golkar untuk melangkah ke depan. Langkah untuk berkompetisi harus dimulai dari gagasan dan ide sehingga Partai Golkar menjadi partai yang ikut andil dalam mengubur politik yang tidak santun, seperti insinuasi, fitnah, dan kampanye hitam.
"Untuk itulah, kita harapkan di jajaran pengurus di DPD I dan II Partai Golkar, ada orang yang diberi tanggung jawab untuk memikirkan ide dan gagasan yang paling tepat yang akan disampaikan kepada masyarakat. Jangan kita hanya berpikiran pada politik-politik praktis, tapi harus memikirkan bagaimana membangun Indonesia ke depan agar cepat maju, setidaknya membangun daerah yang kita huni," ucapnya.
Dengan ide dan gagasan tadi, menurut Ical, Partai Golkar akan dicintai rakyat sehingga pada pemilu mendatang, rakyat akan memilih Partai Golkar.
Lebih lanjut Ical menyatakan: "Jangan kita berpikir bahwa kelompok masyarakat akan mencintai Partai Golkar karena dulu bapaknya anggota Golkar. Itu tidak zamannya lagi. Tapi, bagaimana membuat simpati rakyat tumbuh dengan berbagai program kegiatan bermanfaat. Misalnya, memberikan bimbingan tes kepada pelajar, memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat. Rakyat kini menanti dan melihat apa yang diperbuat Partai Golkar bagi mereka," ujarnya.
Selain itu, Ical mengemukakan, jika anak muda saat ini gandrung menggunakan media Facebook (FB) dan Twitter, maka seluruh kader dan pengurus Partai Golkar juga harus bisa menggunakannya. Apalagi, Indonesia merupakan pengguna Twitter terbesar kedua di dunia dan pengguna FB kedua terbesar di Asia.
"Jadi, peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh kader dan pengurus Partai Golkar untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Dengan demikian, ke depan Partai Golkar tidak lagi dianggap sebagai partainya orang tua," ucapnya.
Ical juga mengingatkan, saat ini sudah tidak cocok lagi berkampanye mengumpulkan ratusan ribu massa. Cukup menggunakan media Facebook dan Twitter sehingga dalam hitungan menit bisa diketahui apa ide dan gagasan yang diberikan oleh ratusan ribu orang.
"Kalau ini berhasil, saya optimistis Partai Golkar akan mampu meraup 30 persen suara pada Pemilu 2014 nanti," ujar Ical, yang mengaku memiliki Facebook dan Twitter.
Himbauan dan ajakan Ketua Umum DPP Partai Golkar itu tentu sangat relevan dengan tuntutan kekinian Aceh. Ada banyak gagasan brilliant yang mengalir dari putra-putri Aceh terkait masa depan Aceh termasuk program-program aksi di tingkat gampong. Namun, gagasan-gagasan dan aksi-aksi itu belum menjadi gagasan dan aksi yang diapresiasi oleh pihak-pihak terkait dengan seksama. Akibatnya, gagasan dan aksi yang ada berjalan begitu saja dan belum menjadi satu mata rantai yang saling mengikat dengan gagasan-gagasan dan aksi-aksi lainnya.
Padahal, jika semua gagasan besar dan utama, begitu juga dengan aksi-aksi ditingkat gampong bersinergi dengan segenap komponen yang ada bisa dipastikan gerak pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di Aceh akan lebih sinergis dan berdaya guna bagi percepatan perwujudan masa depan Aceh sebagaimana sudah digambarkan dalam butir-butir MoU Helsinki.
Lebih tragis lagi, MoU Helsinki yang awalnya diyakini sudah memformulasikan kehendak maksimal walau belum ideal kini justru berada di titik kritis baik karena belum sempurnanyanya implementasinya ditingkat kebijakan maupun ditingkat persepsinya. Bahkan, keharusan untuk menyempurnakan implementasi MoU Helsinki justru menjadi mandeg dan kini MoU Helsinki justru diposisikan sebagai naskah perjanjian tipu daya Jakarta atas Aceh karena maksud self government dalam MoU Helsinki sama dengan makna otonomi itu sendiri. Jadi, politik nama kembali menguat dan mengalahkan politik substansi yang isian dan perwujudannya menuntut keterlibatan partisipasi rakyat baik pemikiran maupun kecerdasan dan kecerdikan.
Dalam konteks itu, Partai Golkar Aceh mestinya dapat memainkan peran generator dan memobilisasi potensi nasional kepartaian Golkar untuk mendorong dua hal yakni: memperluas wacana kebangsaan yang memungkinkan segenap komponen bangsa menerima keunikan cara pandang pengelolaan daerah menjadi bagian dari wacana kebhinnekaan Indonesia. Kedua, mendorong pelaku politik nasional untuk memainkan politik perubahan agar Peraturan Pemerintah terkait UUPA dapat sesegera mungkin diadakan, bahkan termasuk mendorong perbaikan-perbaikan UUPA agar mengakomodir butir-butir kesepakatan MoU Helsinki.
Begitu pula dalam konteks wacana pembangunan Aceh dari gampong. Partai Golkar Aceh harus juga menjadi generator dan mediator bagi gagasan-gagasan rakyat terkait pembangunan gampong sekaligus menjadi pendukung bagi aksi-aksi yang ditujukan bagi penguatan gampong oleh berbagai pihak di Aceh. Dalam konteks ini Golkar bahkan sudah menegaskan sikap politiknya dalam kalimat yang terang benderang yakni “Membangun Indonesia Dari Desa.”
Menjadikan Partai Golkar Aceh sebagai rumah gagasan semakin sangat dimungkinkan karena pada bulan ramadhan yang lalu Ketua Umum DPP Partai Golkar sudah meresmikan Posko Rumah Aspirasi di Aceh. Pada saat yang sama, Ketua DPD I Partai Golkar Aceh juga mengajak semua kader Partai Beringin untuk membuka diri terhadap gagasan-gagasan cerdas dan siap mendukung gagasan yang berguna bagi rakyat dan Aceh secara politik.
"Beudoh bek lale le jak ta bangun nanggroe."
Seulamat Milad Partai Golkar
Suara Golkar - Suara Rakyat
Read more
Peran generator dan mediator atau menjadikan Partai Golkar sebagai Rumah Gagasan Rakyat sangat dimungkinkan mengingat difinisi baru kepartaian Golkar saat ini lebih mendekat ke soal-soal gagasan dan aksi kerakyatan yang bertumpu di desa atau gampong dalam konteks keacehan. Bahkan, Aburizal Bakrie dengan sangat tegas mengatakan bahwa masa depan Golkar bukan di masa lalu melainkan ada di masa depan yang ditentukan oleh bagaimana Golkar saat ini.
Dalam satu kesempatan, Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie, pernah menegaskan sekaligus mengajak kader Partai Golkar untuk menjadikan percaturan ide dan gagasan menjadi dasar Partai Golkar untuk melangkah ke depan. Langkah untuk berkompetisi harus dimulai dari gagasan dan ide sehingga Partai Golkar menjadi partai yang ikut andil dalam mengubur politik yang tidak santun, seperti insinuasi, fitnah, dan kampanye hitam.
"Untuk itulah, kita harapkan di jajaran pengurus di DPD I dan II Partai Golkar, ada orang yang diberi tanggung jawab untuk memikirkan ide dan gagasan yang paling tepat yang akan disampaikan kepada masyarakat. Jangan kita hanya berpikiran pada politik-politik praktis, tapi harus memikirkan bagaimana membangun Indonesia ke depan agar cepat maju, setidaknya membangun daerah yang kita huni," ucapnya.
Dengan ide dan gagasan tadi, menurut Ical, Partai Golkar akan dicintai rakyat sehingga pada pemilu mendatang, rakyat akan memilih Partai Golkar.
Lebih lanjut Ical menyatakan: "Jangan kita berpikir bahwa kelompok masyarakat akan mencintai Partai Golkar karena dulu bapaknya anggota Golkar. Itu tidak zamannya lagi. Tapi, bagaimana membuat simpati rakyat tumbuh dengan berbagai program kegiatan bermanfaat. Misalnya, memberikan bimbingan tes kepada pelajar, memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat. Rakyat kini menanti dan melihat apa yang diperbuat Partai Golkar bagi mereka," ujarnya.
Selain itu, Ical mengemukakan, jika anak muda saat ini gandrung menggunakan media Facebook (FB) dan Twitter, maka seluruh kader dan pengurus Partai Golkar juga harus bisa menggunakannya. Apalagi, Indonesia merupakan pengguna Twitter terbesar kedua di dunia dan pengguna FB kedua terbesar di Asia.
"Jadi, peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh kader dan pengurus Partai Golkar untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Dengan demikian, ke depan Partai Golkar tidak lagi dianggap sebagai partainya orang tua," ucapnya.
Ical juga mengingatkan, saat ini sudah tidak cocok lagi berkampanye mengumpulkan ratusan ribu massa. Cukup menggunakan media Facebook dan Twitter sehingga dalam hitungan menit bisa diketahui apa ide dan gagasan yang diberikan oleh ratusan ribu orang.
"Kalau ini berhasil, saya optimistis Partai Golkar akan mampu meraup 30 persen suara pada Pemilu 2014 nanti," ujar Ical, yang mengaku memiliki Facebook dan Twitter.
Himbauan dan ajakan Ketua Umum DPP Partai Golkar itu tentu sangat relevan dengan tuntutan kekinian Aceh. Ada banyak gagasan brilliant yang mengalir dari putra-putri Aceh terkait masa depan Aceh termasuk program-program aksi di tingkat gampong. Namun, gagasan-gagasan dan aksi-aksi itu belum menjadi gagasan dan aksi yang diapresiasi oleh pihak-pihak terkait dengan seksama. Akibatnya, gagasan dan aksi yang ada berjalan begitu saja dan belum menjadi satu mata rantai yang saling mengikat dengan gagasan-gagasan dan aksi-aksi lainnya.
Padahal, jika semua gagasan besar dan utama, begitu juga dengan aksi-aksi ditingkat gampong bersinergi dengan segenap komponen yang ada bisa dipastikan gerak pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di Aceh akan lebih sinergis dan berdaya guna bagi percepatan perwujudan masa depan Aceh sebagaimana sudah digambarkan dalam butir-butir MoU Helsinki.
Lebih tragis lagi, MoU Helsinki yang awalnya diyakini sudah memformulasikan kehendak maksimal walau belum ideal kini justru berada di titik kritis baik karena belum sempurnanyanya implementasinya ditingkat kebijakan maupun ditingkat persepsinya. Bahkan, keharusan untuk menyempurnakan implementasi MoU Helsinki justru menjadi mandeg dan kini MoU Helsinki justru diposisikan sebagai naskah perjanjian tipu daya Jakarta atas Aceh karena maksud self government dalam MoU Helsinki sama dengan makna otonomi itu sendiri. Jadi, politik nama kembali menguat dan mengalahkan politik substansi yang isian dan perwujudannya menuntut keterlibatan partisipasi rakyat baik pemikiran maupun kecerdasan dan kecerdikan.
Dalam konteks itu, Partai Golkar Aceh mestinya dapat memainkan peran generator dan memobilisasi potensi nasional kepartaian Golkar untuk mendorong dua hal yakni: memperluas wacana kebangsaan yang memungkinkan segenap komponen bangsa menerima keunikan cara pandang pengelolaan daerah menjadi bagian dari wacana kebhinnekaan Indonesia. Kedua, mendorong pelaku politik nasional untuk memainkan politik perubahan agar Peraturan Pemerintah terkait UUPA dapat sesegera mungkin diadakan, bahkan termasuk mendorong perbaikan-perbaikan UUPA agar mengakomodir butir-butir kesepakatan MoU Helsinki.
Begitu pula dalam konteks wacana pembangunan Aceh dari gampong. Partai Golkar Aceh harus juga menjadi generator dan mediator bagi gagasan-gagasan rakyat terkait pembangunan gampong sekaligus menjadi pendukung bagi aksi-aksi yang ditujukan bagi penguatan gampong oleh berbagai pihak di Aceh. Dalam konteks ini Golkar bahkan sudah menegaskan sikap politiknya dalam kalimat yang terang benderang yakni “Membangun Indonesia Dari Desa.”
Menjadikan Partai Golkar Aceh sebagai rumah gagasan semakin sangat dimungkinkan karena pada bulan ramadhan yang lalu Ketua Umum DPP Partai Golkar sudah meresmikan Posko Rumah Aspirasi di Aceh. Pada saat yang sama, Ketua DPD I Partai Golkar Aceh juga mengajak semua kader Partai Beringin untuk membuka diri terhadap gagasan-gagasan cerdas dan siap mendukung gagasan yang berguna bagi rakyat dan Aceh secara politik.
"Beudoh bek lale le jak ta bangun nanggroe."
Seulamat Milad Partai Golkar
Suara Golkar - Suara Rakyat